Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Petani Ternak Terhadap Pencegahan dan Pengendalian Penyakit SE Pada Ternak Sapi
Bali di Kecamatan Miomaffo Barat
Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi
Nusa Tenggara Timur
Veronika S. J. Talan1)
Ismulhadi2)
Riyanto2)
SUMMARY
Purpose of this
study are (1) to describe the attitude of livestock farmers about the
preventing and controlingSE (Septicaemia
Epizooticae)diseases,(2) to identify and explain the factors that influence
farmers' attitudes towards the preventing and controlling of livestock SE (Septicaemia Epizooticae) diseases, (3) to
arrange counseling program on preventing and controling of SE (Septicaemia Epizooticae) disease (4) to
evaluate the effectiveness of agricultural extension and discussion program on farmers
livestock attitudes about preventing and
controlling SE (Septicaemia Epizooticae)
disease.
The results conclusion
of this study are: (1) the general attitude of the existing livestock farmers
in the District of West Miomaffo showed a declined towards the prevention and
controlling of SE (Septicaemia
Epizooticae) disease. It is because of the counseling frequency given very
little peasant farmers so the understanding about disease prevention and controlling
SE (Septicaemia Epizooticae) are very
low, (2) age factor, education level, number of controlling animals, the
duration business, and education as independen variable gives influence 39.2% of the farmers' attitudes about disease
prevention and controlling, while 60.8% SE influenced other factors outside the
model,(3) programa that has been arranged based on the extension activities
plan on preventing and controlling of SE in the District, especially in the
West Miomaffo region with the largest number cases of SE (Septicaemia
Epizooticae) disease is highest and(4) the effectivity of extension
programs are done "effective" (82.86%) andthe change effectivity of attitudes
livestock towards disease preventing and controlling SE (Septicaemia Epizooticae) in Bali cattle
was included in the category of "effective" (68.85%).
The advice given are:
(1) Field Extension Officers should give more attention to areas endemic SE (Septicaemia Epizooticae) diseases to
conduct outreach on an ongoing basis so that it can improve the understanding
of livestock farmers about the importance of disease preventing and controling
SE (Septicaemia Epizooticae), (2) the
government needs to consider the welfare and facilities/infrastructure Field
Extension Officers to enable them to perform their duties well and responsibly,
and (3) needs to build animal health posts in areas endemic SE (Septicaemia Epizooticae) diseases,
because of existing animal health posts is so far from the village which has big
number of SE (Septicaemia Epizooticae)
cases.
(Key
words: the attitude of livestock farmers, preventing and controling SE
(Septicaemia Epizooticae) diseases)
LATAR BELAKANG
Ternak sapi Bali
merupakan salah satu komoditas ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara
Timur.Ada 4 (empat) fungsi pentingnya ternak dalam kehidupan masyarakat di
Kabupaten ini yaitu sebagai tenaga kerja pertanian, sumber pendapatan, sarana
upacara adat dan mas kawin untuk wanita di beberapa suku tertentu.
Kelancaran fungsi
tersebut sangat didukung oleh kesehatan ternak sapi itu sendiri. Apabila ternak
sakit maka akan merugikan petani secara ekonomi dan menghambat fungsi-fungsi usaha
peternakan. Pengaruh lain kalau kesehatan ternak diabaikan dapat mempengaruhi
terhadap kebutuhan protein hewani bagi masyarakat baik secara kuantitas maupun
secara kualitas produk hewan terutama dalam penyediaan bahan pangan asal
daging.
Salah satu ancaman
kesehatan ternak sapi bali di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah kerentanan terhadap penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) atau yang dikenal dengan penyakit ngorok. Penyakit ngorok
adalah penyakit menular yang dapat menimbulkan kerugian yang tinggi sampai
ratusan juta rupiah setiap tahunnya, sehingga menjadikannya suatu penyakit yang
diperhitungkan oleh setiap peternak
(Batan, 2003).
Berdasarkan data
yang ada, ancaman penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) sudah menyebar
di semua kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara
Timur.Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kasus Penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) 4 Tahun Terakhir
No.
|
Tahun
|
Jumlah
(Ekor)
|
1.
|
2008
|
50
|
2.
|
2009
|
215
|
3.
|
2010
|
210
|
4.
|
2011
|
161
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten TTU,
2012
Penyakit ngorok
umumnya disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida tipe B:2 (B:6).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemunculan dan penyebaran penyakit kurang
begitu jelas diketahui.Umumnya wabah penyakit SE (Septicaemia Epizooticae)
terjadi pada permulaan musim hujan terutama ternak-ternak yang program
vaksinnya terhadap penyakit ini tidak teratur. Apabila ternak sapi terserang
suatu penyakit akan merupakan sumber penularan bagi ternak sapi lainnya
(Subronto, 2003).
Patut
disayangkan bahwa perilaku peternak menunjukan sikap yang apatis terhadap upaya
pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit hewan
ini berjalan sangat lamban, sehingga penyakit ini tetap menjadi ancaman yang serius.
Sejumlah kasus terjadi menunjukan bahwa, masyarakat terlihat enggan
bahkan menolak kegiatan Dinas Peternakan yang melakukan vaksinasi terhadap ternakyang mereka miliki. Umumnya peternak beranggapan bahwa vaksinasi yang
dilakukan tersebut akan mematikan ternak sapi
mereka.
Kondisi ini terjadi karena beberapa
faktor, yang melingkupi kehidupan peternak di daerah itu, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal
dari petani peternak. Faktor internal terdiri atas; umur, tingkat
pendidikan, pengalaman pribadi, pendapatan, kepemilikan ternak, jumlah
tanggungan keluarga, motivasi dan emosional.Faktor
eksternal yang teridentifikasi adalah, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama dan penyuluhan.
Faktor-faktor ini kemudian membentuk
pola sikap peternak yang berpengaruh terhadap pencegahan dan
pengendalian penyakit
SE (Septicaemia Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Uraian diatas dapat di nyatakan
bahwa, apabila faktor-faktor yang mempengaruhi sikap peternak terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit SE
(Septicaemia Epizooticae) dikelola
secara baik, maka secara optimal akan menekan angka kematian ternak dan
populasi ternak sapi akan meningkat, sehingga akan mendukung Keputusan Menteri
Pertanian No. 419/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman Budidaya Ternak Sapi
Potong yang baik (Good Farming Praktice)yang meliputi: (1) Sarana; (2) Proses Produksi; (3)
Pelestarian Lingkungan; dan (4) Pengawasan
serta 4 (empat) sukses program pembangunan pertanian yang dicanangkan oleh
pemerintah yaitu : (1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2)
Diversifikasi pangan; (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan eksport dan
(4) Peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian hal ini dapat mendukung
Program Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian dalam mewujudkan Swasembada Daging yang ditargetkan akan dicapai pada
Tahun 2014.
Berdasarkan
kondisi fakta tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani
ternak dalam mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian
penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) yang terjadi di Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana sikap petani ternak
terhadap penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor
Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur?, (2) faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi sikap peternak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur?, (3) bagaimana menyusun programa penyuluhan tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur? dan (4)
bagaimana hasil evaluasi penyuluhan pertanian tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur?
Tujuan penelitian adalah sebagai
berikut: (1) mendeskripsikan sikap petani ternak terhadap penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur, (2) mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap petani ternak
terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae)
pada ternak sapi bali di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur, (3) menyusun Programa penyuluhan tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) pada
ternak sapi bali di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan (4) melakukan evaluasi penyuluhan pertanian
untuk mengetahui efektivitas programa dan pembahasan sikap petani ternak
tentang pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) pada ternak sapi bali di Kecamatan Miomaffo
Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain; (1) pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang sesuai dengan
kebutuhan pelaku utama dan stake holders lainnya secara berkelanjutan, (2)
Penambahan populasi dan peningkatan pendapatan petani ternak dan (3) dapat
digunakan sebagai acuan pemerintah dalam pembuatan kebijakan tentang pencegahan
dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae).
MATERI
DAN METODE
Materi
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Fatunisuan, Desa Fatuneno dan Desa Manusasi Kecamatan Miomaffo Barat
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur.Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan ketiga desa
tersebut adalah wilayah endemic penyakit SE (Septichaemia Epizooticae) terbanyak.Penelitian dilaksanakan pada Bulan Nopember sampai Desember 2012.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peternak sapi bali sebanyak
91 responden (Desa Fatunisuan sebanyak 37 responden, Desa Fatuneno sebanyak 31
responden dan Desa Manusasi sebanyak 23 responden).
Metode
Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey dengan
pendekatan penelitian kuantitatif, sedangkan metode analisisnya yaitu
menggunakan analisis statistik deskriptif (Sugiyono, 2011:29).Singarimbun dan
Effendi (2003:3) menyatakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan Kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.Data dan informasi dikumpulkan dari responden
dengan menggunakan angket dan wawancara.Setelah data diperoleh kemudian
hasilnya dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian dianalisis
untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di tiga desa yakni Desa
Fatunisuan (415 orang), Desa Fatuneno (356 orang ) dan Desa Manusasi (256
orang) yang ada di wilayah Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah
Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur yang adalah petani ternak sapi bali dengan
jumlah populasi sebanyak 1.027, dengan pertimbangan bahwa ketiga desa ini
merupakan wilayah endemik penyakit SE. Pengambilan sampel menggunakan Simpel Random Sampling sehingga
pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota tersebut. Penentuan jumlah
sampel berdasarkan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2008) sebagai berikut :
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Nilai Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat
kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel
sebagai berikut :
=
91,12 = 91 responden
Jadi jumlah
sampel sebesar 91 responden.
Selanjutnya dalam menentukan besar sampel yang
mewakili ketiga desa tersebut digunakan teknik proporsional random sampling dengan rumus.
Keterangan:
ni = Jumlah sampel
menurut stratum
n = Jumlah
seluruhnya
Ni = Jumlah Populasi
menurut stratum
N =
Jumlah populasi seluruhnya
Berdasarkan rumus diatas diperoleh besaran sampel
yang mewakili ketiga desa tersebut adalah 37 responden dari Desa Fatunisuan, 31
responden dari Desa Fatuneno dan 23 responden dari Desa Manusasi.
Pengambilan
Data
Pengambilan data dilaksanakan dengan metode survei.Data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti
melalui pengumpulan data yang menggunakan Kuesioner dan wawancara. Sedangkan
data sekunder merupakan data mengenai topografi wilayah, jumlah populasi sapi
bali, jumlah kepemilikan ternak sapi bali
dan jumlah kasus penyakit SE di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor
Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber data primer adalah responden
yang menjadi sampel dalam penelitian ini.Sedangkan sumber data sekunder berasal
dari Kantor Camat, Kantor Desa, dan lembaga/dinas terkait.
Sedangkan teknik pengambilan data dalam kegiatan
penelitian ini dilakukan sebagai berikut; Data primer diambil melalui kuesioner
yang disebar oleh kepada responden
penelitian. Dan data sekunder diambil dengan cara mencatat dan mengcopy.
Pengumpulan data primer dilakukan secara survey menggunakan pertanyaan
(Kuesioner) yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait
serta literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Uji Validitas
dan Realibilitas Instrumen
Mutu penelitian terutama dinilai dari hasil yang
diperoleh. Suatu alat ukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang
harus diukur oleh alat itu. Menurut Arikunto (1998:160) dalam Taniredja &
Mustafidah, 2011:420), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat kavalidan atau kesahihan suatu instrument. Lebih lanjut di
katakan, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrument yang valid
atau sah mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya instrument yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah.
Instrumen diujicobakan kepada 30 orang responden
yang tidak termasuk dalam sampel penelitian.Jumlah instrument yang diujicoba
adalah 9 butir untuk variabel X (penyuluhan) dan 26 butir untuk variabel Y
(sikap).
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi produk moment yang menggunakan program SPSS.
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
X = Jumlah skor butir (X)
Y = Jumlah skor butir (Y)
ΣXi = Jumlah skor item
ΣYi = Jumlah skor total (seluruh item)
n =
Jumlah responden
Untuk menentukan valid tidaknya suatu butir
pertanyaan/pernyataan, harga r yang diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 30 pada taraf
signifikasi 5% ditemukan r tabel 0,361. Dengan demikian butir tersebut
dinyatakan valid dan dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data.Jika r hitung
lebih kecil dari r table maka butir tersebut didrop dan tidak dapat
dipergunakan untuk mengumpulkan data.
Setelah dilakukan uji validitas, diketahui bahwa 9
butir soal untuk variable X adalah valid. Karena ternyata diperoleh nilai r hitung sebesar 0.996 lebih besar dari
r tabel lebih besar dari r table pada taraf signifikasi 5%. Hasil perhitungan
uji validitas tersebut diatas menunjukan bahwa 9 butir pertanyaan untuk
variable X yang diujicoba termasuk dalam kategori valid.
Sementara itu hasil perhitungan uji validitas pada
26 butir soal/pernyataan untuk variable Y menunjukan bahwa 26 butir
perntanyaan/pernyataan untuk variable Y termasuk kategori valid karena ternyata
diperoleh nilai r hitung lebih besar
dari r table.
Sedangkan suatu alat pengukur dikatakan reliable
bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
menunjukan hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara konsisten memberi
hasil ukuran yang sama (Nasution, 2007:77 dalam Taniredja & Mustafidah,
2011:420).
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa
sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrument tersebut sudah baik.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan cara tes
ulang (retest), yaitu dengan cara penggunaan istrumen penelitian tersebut
terhadap subyek yang sama, dilakukan dalam waktu yang berlainan. Instrumen
penelitian yang sama, dilakukan dalam waktu yang berlainan. Instrumen
penelitian yang telah diuji validitas sebelumnya, dibagikan lagi kepada 30
subyek yang sama. Untuk uji coba ini diambil dari bagian populasi yang tidak
menjadi sampel dalam penelitian.Hasil penilaian pertama dikorelasikan dengan hasil
penilaian kedua untuk memperoleh koefisien korelasinya (r) yaitu koefisien
reliabilitas tes ulang dengan statistic korelasi Product Moment menggunakan
SPSS versi.16.
Untuk mengatahui suatu instrumen dinyatakan
realibel atau tidak maka penulis menggunakan
Tabel kriteria indeks reliabilitas untuk melakukan interprestasi
terhadap hasil perhtitungan uji reliabiltas tersebut.
Tabel 2. Kriteria Indeks
Reliabilitas
No
|
Interval
|
Kriteria
|
1
|
< 0,200
|
Sangat Rendah
|
2
|
0,200 – 0,399
|
Rendah
|
3
|
0,400 – 0,599
|
Cukup
|
4
|
0,600 – 0,799
|
Tinggi
|
5
|
0,800 – 1,000
|
Sangat Tinggi
|
Setelah dilakukan perhitungan dengan program SPSS
versi 16.0 menggunakan model alpha maka diperoleh tingkat reliabilitas
(Cronbach’s Alpha ) untuk instrument penyuluhan (variable X5) sebesar 0,990 dan
instrument sikap (variable Y) sebesar 0,980. Hal ini berdasarkan kriteria
indeks reliabilitas berada pada kriteria sangat tinggi.Dengan demikian item
pertanyaan untuk mendapatkan nilai variable penyuluhan (X5) dan sikap (Y) dapat
dikatakan realibel atau andal.
Pengukuran
Sikap
Untuk
mengukur sikap petani ternak terhadap pencegahan dan penanggulangan penyakit SE
(Septicaemia Epizzooticae) digunakan
skala Likert.Variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi
dijabarkan menjadi sub variable dan sub variable dijabarkan menjadi indikator
yang dapat diukur dan indikator yang terukur ini dijadikan titik tolak untuk
membuat instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab
oleh responden (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20).
Tabel 3. Skala Likert
No.
|
Pernyataan
|
Skor
|
||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
Positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2.
|
Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Sumber: Riduwan dan Kuncoro, 2008
Keterangan :
SS =
Sangat Setuju
S =
Setuju
RR =
Ragu-ragu
TS =
Tidak Setuju
STS =
Sangat Tidak Setuju
Sedangkan Untuk
Variable Penyuluhan (X5) butir pernyataan yang disiapkan berisi lima alternatif
jawaban yaitu ;
-
Sangat Efektif
-
Efektif
-
Kurang efektif
-
Tidak Efektif
- Sangat Tidak Efektif
Setiap item di beri bobot sesuai arah pertanyaan
yang bersangkutan. Responden yang menjawab sangat efektif di beri bobot 5
(lima), efektif di beri bobot 4 (empat),
kurang efektif di beri bobot 3, tidak efektif diberi bobot 2, dan sangat
tidak efektif di beri bobot 1.
Untuk memperoleh
skor total dari setiap pernyataan maka skor dijumlahkan. Skor jawaban
tertinggi adalah 5 dan skor jawaban
terendah adalah 1. Kemudian untuk memperoleh nilai total dari setiap variabel
maka, skor jawaban dari setiap
pernyataan dijumlahkan, dicari skor maksimum dan skor minimum dengan rumus sebagai
berikut:
Skor Maksimum : skor
jawaban tertinggi X jumlah pernyataan.
Skor Minimum : skor
jawaban terendah X jumlah pernyataan.
Untuk Angket Variable X5 (Penyuluhan) nilai
tertinggi adalah 9 x 5 = 45 dan nilai terendah adalah 9 x 1 = 9. Untuk angket
variable Y (Sikap) nilai tertinggi adalah 26 x 5 = 130 dan nilai terendah
adalah 26 x 1 = 26.Dengan demikian nilai tertinggi untuk keseluruhan pernyataan
adalah 35 x 5 = 175 dan nilai terendah adalah 35 x 1 = 35.
Analisis Data
Analisis deskriptif digunakan
untuk menjelaskan hal-hal yang umum seperti kondisi masyarakat, topografi dan
menjelaskan sikap petani ternak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit
SE (Septicaemia Epizooticae) di
Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Data
yang diperoleh, dianalisis dengan analisis linear ganda. Analisis Regresi
Linear Ganda merupakan alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel
bebas (independent) atau lebih terhadap variabel terikat (dependent) untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau sebab akibat antara dua
variabel bebas atau lebih dengan satu variable
terikat (Riduwan 2005:155). Dalam analisis regresi linear berganda
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu koefisien korelasi,
koefisien determinasi, persamaan garis regresi dan koefisien regresi.
Keterkaitannya
dengan sikap petani ternak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) pada ternak
sapi bali di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten TTU, maka untuk mengetahui
masing-masing variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat
(dependent), dibandingkan antara signifikansi t hitung dengan alpha 0,05 atau
5%.
Nilai
koefisien regresi yang diperoleh dari variabel independent digunakan untuk
menggambarkan besarnya pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh variabel
dependent terhadap variabel independent. Analisis regresi linear ganda dapat
dihitung dengan menggunakan program Statistical Product and Servis Solution
(SPSS). Persamaan regresi ganda dapat dirumuskan dengan model sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Keterangan :
Y = Sikap
a = Konstant
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien arah
(X1) = Umur
(X2) = Tingkat Pendidikan
(X3) = Jumlah Penguasaan Ternak
(X4) = Lama Usaha
(X5) =
Penyuluhan
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan
Miomaffo Barat merupakan salah satu Kecamatan diantara 24 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai luas
wilayah 199, 63 Km² atau 7,48% dari luas wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
dan berada pada ketinggian ± 750-1500 meter dari permukaan laut, dengan suhu
rata-rata 24°c dan bertopografi dataran tinggi. Jarak tempuh dari ibu kota
Kecamatan ke ibu kota Kabupaten sekitar 33 km. Kecamatan Miomaffo Barat dibagi
dalam 12 wilayah administrasi yaitu 10 desa dan 2 kelurahan dengan batas
wilayah sebagai berikut :
1.
Sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Bikomi Nilulat dan Republik Democratic Timor Leste.
2.
Sebelah
Selatanberbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
3.
Sebelah
Timurberbatasan dengan Kecamatan Noemuti, Kecamatan Miomaffo Tengah dan
Kecamatan Musi.
4.
Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Mutis.
Kecamatan Miomaffo Barat merupakan daerah yang
berpotensi untuk pertanian lahan kering, perkebunan, peternakan dan kehutanan.
Jenis komoditi andalan pertanian adalah kacang merah, bawang putih dan bawang
merah, jagung, sayur-sayuran dan
kacang-kacangan. Komoditi andalan perkebunan antara lain, jeruk, pinang, jambu
mente, kemiri dan kopi. Komoditi andalan peternakan adalah sapi, babi dan
ayam.Sedangkan komoditi andalan kehutanan adalah ampupu, mahoni, cemara, jati
dan cendana.
Karakteristik Petani Terhadap Penyakit
SE
Umur
Responde yang
berumur muda sebanyak 25 orang (27,5%) memiliki sikap menolak terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) sebanyak 21 orang
(23,1%), sikap ragu-ragu sebanyak 3 orang (3,3%) sedangkan sikap menerima
sebanyak 1 orang (1,1%). Umur Dewasa sebanyak 46 orang (50,5%) memiliki sikap
menolak sebanyak 32 orang (35,2%), sikap ragu-ragu sebanyak 12 orang (13,2%)
sedangkan sikap menerima sebanyak 2 orang (2,2%). Umur tua sebanyak 20 orang
(22,0%) memiliki sikap menolak sebanyak 15 orang (16,5%), sikap ragu-ragu
sebanyak 4 orang (4,4%) dan sikap menerima sebanyak 4 orang (4,4%).
Tingkat Pendidikan
Rensponden yang
memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 7 orang (7,7%) dan semuanya
memiliki sikap menolak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae). Responden yang memiliki tingkat pendidikan
sedang sebanyak 76 orang (83,5%%) memiliki sikap menolak sebanyak 57 orang
(62,6%), sikap ragu-ragu sebanyak 18 orang (19,8%) sedangkan sikap menerima
sebanyak 1 orang (1,1%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 8 orang (8,8%) memiliki sikap menolak sebanyak 4 orang (4,4%), sikap
ragu-ragu sebanyak 1 orang (1,1%) sedangkan sikap menerima sebanyak 3 orang
(3,3%).
Jumlah Penguasaan Ternak
Rensponden yang
memiliki jumlah penguasaan ternak kategori sedikit sebanyak 90 orang (98,9%)
bersikap menolak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) sebanyak 67
orang (73,6%), sikap ragu-ragu sebanyak 19 orang (20,9%) sedangkan sikap
menerima sebanyak 4 orang (4,4%). Responden yang memiliki jumlah penguasaan
ternak kategori banyak sebanyak 1 orang (1,1%) dan memiliki sikap menolak terhadap pencegahan
dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat.
Lama Usaha
Rensponden yang
memiliki lama usaha kategori baru sebanyak 74 orang (81,3%) memiliki memiliki
sikap menolak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) sebanyak 51
orang (56,0%), sikap ragu-ragu sebanyak 19 orang (20,9%) sedangkan sikap
menerima sebanyak 4 orang (4,4%). Responden yang memiliki lama usaha kategori
sedang sebanyak 12 orang (13,2%) dan semuanya memiliki sikap menolak terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) di Kecamatan Miomaffo Barat. Responden yang lama usaha
kategori lama sebanyak 5 orang (5,5%) dan semuanya memiliki sikap menolak.
Penyuluhan
Rensponden yang
menyatakan penyuluhan kurang efektif
sebanyak 48 orang (52,7%) memiliki sikap menolak sebanyak 40 orang
(44,0%), sikap ragu-ragu sebanyak 7 orang (7,7%) sedangkan sikap menerima
sebanyak 1 orang (1,1%). Responden yang menyatakan penyuluhan cukup
efektif sebanyak 35 orang (38,5%) memiliki sikap menolak sebanyak 20 orang
(22,0%), sikap ragu-ragu sebanyak 12 orang (13,2%), sikap menerima sebanyak 3
orang (3,3%). Responden yang menyatakan penyuluhan efektif sebanyak 8 orang
(8,8%) dan semuanya memiliki sikap menolak.
Analisis Regresi Linear Berganda
Berdasarkan perhitungan Analisis
Regresi Linear berganda untuk mengetahui keeratan hubungan yang menjelaskan
kuat lemahnya pengaruh antara variable X (umur, tingkat pendidikan, jumlah
penguasaan ternak, lama usaha dan penyuluhan)
terhadap variable Y (sikap)
secara simultan dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Model Summary
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
Square
|
Sdd. Error of the
Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
.626a
|
.392
|
.356
|
10.868
|
1.210
|
a. Predictors:
(Constant), Penyuluhan, Tingkat Pendidikan, Jumlah Penguasaan Ternak, Lama
Usaha, Umur
|
||
b. Dependent Variable: Sikap
|
|
|
Sumber: Data yang diolah, 2013
Tabel 4 menunjukan harga r
hitung sebesar 0,626, pada taraf kepercayaan 95%.Untuk melakukan interpretasi
terhadap perhitungan ini, penulis menggunakan Tabel kriteria nilai korelasi
untuk menjelaskan kuat lemahnya pengaruh variable X terhadap variable Y (secara
simultan).
Tabel 5. Kriteria Nilai Korelasi
Nilai R (Korelasi)
|
Kriteria Hubungan
|
0
>0,01 – 0,25
>0,25 – 0,5
>0,5 – 0,75
>0,75 – 0,99
1
|
Tidak Ada Korelasi
Korelasi Sangat Rendah
Korelasi Cukup
Korelasi Kuat
Korelasi Sangat Kuat
Korelasi Sempurna
|
Sumber: Sarwono, 2006
Hasil analisis menunjukan nilai
R = 0,626, hal ini berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara umur (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah penguasaan ternak (X3),
lama usaha (X4) dan penyuluhan (X5) secara bersama-sama terhadap pembentukan
sikap petani ternak dalam pencegahan dan pengendalian penyakit SE, artinya jika
X1, X2, X3, X4 dan X5 meningkat maka Y juga akan meningkat (korelasi positif).
Besaran kualitas model regresi
linear berganda yang terbentuk, dapat dilihat dalam Tabel 4. Informasi yang
diperoleh adalah nilai koefisien determinasi (R Square) = 39,2%. Nilai tersebut
menunjukan bahwa 39,2% adalah nilai dari sikap petani ternak terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit SE di Kecamatan Miomaffo Barat, telah
dapat dijelaskan oleh data umur, tingkat pendidikan, jumlah penguasaan ternak,
lama usaha dan penyuluhan. Sedangkan sisanya 60,8% informasi mengenai sikap
petani ternak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE belum dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel
independent/bebas dalam model penelitian ini.
Uji F (uji simultan)
adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu terhadap variabel terikatnya
secara serempak.Hasil nilai uji F diperoleh nilai F hitung pada model
penelitian adalah sebesar 10,940 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Nilai
F hitung = 10,940 > Ftabel = 3,25
pada taraf signifikasi 0,05 maka Ho ditolak berarti secara serempak ada pengaruh
yang signifikan variabel independen (umur, tingkat pendidikan, jumlah
penguasaan ternak, lama usaha dan penyuluhan) terhadap variable dependen (sikap
petani ternak terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit SE).
Penyusunan Programa Kecamatan
Perumusan
keadaan meliputi: (1) petani ternak belum mengetahui apa itu penyakit SE,
bahaya penyakit SE serta cara pencegahan dan pengendaliannya, (2) terbatasnya
kegiatan penyuluhan yang membahas tentang pencegahan dan pengendalian penyakit
SE (Septicaemia Epizooticae), (3) tingkat pendidikan petani ternak masih dalam
kategori rendah dan sedang, (4) petani ternak belum sepenuhnya menerima
pelayanan vaksinasi yang diberikan oleh
Dinas Peternakan setempat dan (5) petani
ternak masih beranggapan bahwa kegiatan vaksinasi akan menyebabkan kematian
ternak.
Penetapan tujuan meliputi : (1)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani ternak terhadap pencegahan dan
pengendalian penyakit SE, (2) meminimalisir jumlah kasus penyakit yang
ada, (3) meningkatkan kesadaran petani
ternak tentang pentingnya kegiatan vaksinasi bagi ternak dan (4) meningkatkan populasi ternak dan
pendapatan petani ternak melalui tindakan pencegahan dan pengendalian penyaki
SE.
Penetapan masalah meliputi : (1)
Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan petani ternak terhadap pencegahan dan
pengendalian penyakit SE, (2) kurangnya kegiatan penyuluhan yang membahas
tentang pencegahan dan pengendalian penyakit SE, (3) kurangnya Sumber Daya
Manusia petani ternak, (4) kurangnya kemauan petani ternak terhadap pelayanan
vaksinasi yang diberikan oleh Dinas Peternakan setempat dan (5) kurangnya
pemahaman petani ternak akan arti pentingnya vaksinasi.
Rencana kegiatan meliputi : (1) penetapan
sasaran, materi dan metode, volume, lokasi dan waktu, sumber biaya,
penanggungjawab dan pelaksana penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian
penyakit SE di Kecamatan Miomaffo Barat, (2) kegiatan peyuluhan diprioritaskan
pada wilayah endemic penyakit SE terbanyak yang ada di wilayah Kecamatan
Miomaffo Barat (Desa Fatunisuan, Desa Fatuneno dan Desa Manusasi), (3) waktu
penyuluhan dilakukan pada saat sebelum melakukan kegiatan vaksinasi, (4) penyuluhan
dilaksanakan oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dan Petugas Resot Peternakan
setempat dan (5) memberikan penjelasan melalui ceramah dan diskusi tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit SE.
Evaluasi
Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan adalah suatu
proses yang dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta penyuluhan
sebagai akibat dilaksanakannya kegiatan penyuluhan dengan berpedoman pada pre test dan post
test.
Pre Test dan Post test berupa
kuesioner diberikan kepada petani ternak untuk dijawab secara tertulis. Pre
test diberikan sebelum melakukan penyuluhan dan post test diberikan setelah
penyuluhan yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap petani ternak
tentang pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) pada ternak sapi.
Evaluasi penyuluhan diperoleh data:
1.
Target penyuluhan :
175
2.
Rata-rata skor
sebelum penyuluhan (pre test) :
78,68
3.
Rata-rata skor
setelah penyuluhan (post test) :
145
4.
Kesenjangan :
96,32
Data yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan
evaluasi untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dan efektivitas perubahan
sikap petani ternak sebagai berikut:
1.
Hasil perhitungan efektifitas
penyuluhan menunjukan bahwa program penyuluhan yang dilaksanakan “efektif”
sebesar 82,86% dan efetivitas perubahan sikap tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) pada ternak sapi sebesar 68,85% termasuk dalam kategori
“efektif”. Keefektifan didorong oleh ketepatan dalam penyajian materi
penyuluhan dimana metode penyuluhan, media penyuluhan dan teknik penyuluhan
sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan kesimpulan yang
dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain: (1) pada umumnya
sikap petani ternak yang ada di wilayah
Kecamatan Miomaffo Barat menunjukan sikap menolak terhadap pencegahan dan
pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae). Hal tersebut disebabkan karena frekuensi penyuluhan yang
diberikan sangat sedikit sehingga pemahaman petani peternak tentang pencegahan
dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) pun rendah, (2) faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah
penguasaan ternak, lama usaha dan penyuluhan sebagai variable independent
memberi pengaruh sebesar 39,2% terhadap sikap petani tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit SE sedangkan 60,8% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar
model, (3)programa yang telah tersusun berdasarkan rencana kegiatan penyuluhan
tentang pencegahan dan pengendalian penyakit SE di Kecamatan Miomaffo Barat
terutama di wilayah yang memiliki jumlah kasus penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) terbanyak dan
(4) efektivitas program penyuluhan yang dilaksanakan adalah
“efektif” (82,86%) dan efetivitas perubahan sikap petani ternak terhadap
pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) pada ternak sapi bali termasuk dalam kategori “efektif”
(68,85%).
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah di kemukakan
diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: (1) petugas Penyuluh
Lapangan di Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa
Tenggara Timur hendaknya memberikan perhatian yang lebih pada wilayah-wilayah
endemik penyakit SE (Septicaemia Epizooticae) dengan melakukan penyuluhan secara
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pemahaman petani ternak tentang arti
pentingnya tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit SE (Septicaemia Epizooticae), (2) pemerintah
perlu memperhatikan kesejahteraan dan sarana/prasarana Petugas Penyuluh
Lapangan agar mereka dapat melaksanakan tugas secara baik dan bertanggungjawab
dan (3) perlu membangun Poskeswan di wilayah endemik penyakit SE (Septicaemia Epizooticae), karena
Poskeswan yang ada sekarang sangat jauh dari jangkauan desa yang memiliki
jumlah kasus penyakit SE (Septicaemia
Epizooticae) terbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Batan. 2003. Buku
Ajar Sapi Bali dan Penyakitnya. Universitas Udayana,Denpasar.
Riduwan dan Kuncoro E. A. 2008.Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis
Jalur.Penerbit Alfabeta. Bandung.
Singarimbun M. dan Effendi S.,
1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit
Ternak I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.